v KUTIPAN
1.
Pengertian
kutipan
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau
pendapat dari seseorang pengarang atau ucapan seseorang yang terkenal, baik
yang terdapat dalam buku maupun majalah. Sangat membuang waktu bila sebuah
kebenaran yang sudah diselidiki dan dibuktikan oleh seseorang ahli serta sudah
dimuat secara luas dalam sebuah buku dan majalah harus diselidiki kembali oleh
seorang penulis untuk menemukan kesimpulan yang sama. Penulis cukup mengutip
pendapat yang dianggapnya benar itu dengan menyebutkan dimana pendapat itu di
baca sehingga pembaca dapat mencocokkan kutipan itu dengan sumber aslinya.
Walaupun
kutipan dari pendapat dari seorang ahli itu diperkenankan, tidaklah berarti bahwa
sebuah tulisan seluruhnya dapat terdiri atas kutipan-kutipan. Penulis harus bisa
menahan dirinya untuk tidak terlalu banyak mempergunakan kutipan supaya
karangan jangan dianggap sebagai suatu himpunan dari berbagai macam pendapat.[1]
2.
Fungsi
Kutipan
Fungsi kutipan diantaranya :
1. Sebagai
landasan teori.
2. Penguat
pendapat penulis.
3. Penjelasan
suatu uraian.
4. Bahan
bukti untuk menunjang pendapat itu.
Sedangkan fungsi utama kutipan dalam karya
ilmiyah adalah menegaskan isi uraian atau membuktikan kebenaran yang diajukan
oleh penulis berdasarakan bukti-bukti yang diperoleh dari literature, pendapat
seseorang atau pakar, bahkan pengalaman empiris. Peletakan kutipan dilakukan
dalam dua cara yakni, catatan langsung (catatan perut) atau menjadi bagian
catatan kaki. Peletakan pada catatan akhir (endnote) umumnya dilakukan
andaikata penulis tidak menginginkan adanya penjelasan yang akan mengganggu
keruntutan uraian pada teks.
Hal-hal yang perlu dirhatikan dalam
mengutip, diantaranya :
1.
Penulis mempertimbangkan bahwa kutipan
itu perlu.
2.
Penulis bertanggung jawab penuh terhadap
ketepatan dan ketelitian kutipan.
3.
Kutipan dapat terkait dengan penemuan
teori.
4.
Jangan terlalu banyak mempergunakan
kutipan langsung.
5.
Penulis mempertimbangkan jenis kutipan
dan kaitan dengan sumber rujukan.[2]
3.
Macam-macam
Kutipan
A. Kutipan
Langsung
Kutipan langsung ialah kutipan yang
sama persis dengan teks aslinya, tidak boleh ada perubahan. Kalau ada hal yamg
dinilai salah/ atau meragukan, kita beri tanda (sic!), yang artinya kita
sekedar mengutip sesuai dengan aslinya dan tidak bertanggung jawab atas
kesalahan itu. Kutipan langsung terbagi 2, diantaranya :
a) Kutipan
yang kurang atau sama dengan 4 baris ditulis sebagai berikut :
· Disatukan
dengan teks
· Ditulis
dalam tanda kutip (“…….”)
· Jarak
antar kutipan 2 spasi
· Pada
akhir kutipan dituliskan data buku yang diletakkan dalam kurung atau dengan
menuliskan nomor rujukan catatan kaki.[3]
Contoh :
Ø Penyebutan
Sumber Dengan Catatan Kaki
Tidak
semua masalah dapat dipecahkan dengan kemampuan berpikir dan nurani manusia.
Oleh karena itu, manusia memerlukan sumber kebenaran yang berupa wahyu Tuhan.”…
pengetahuan yang disampaikan-Nya [sic!] itu merupakan kebenaran yang tidak
perlu disangsikan lagi.”1)
……………………………………………………………… uraian
lebih lanjut
--------------------------
1) Haadari
Nawawi, Metode penelitian Bidang Sosial,
(Yogyakarta : Gajah Mada University Press,1985),hal.4.
Keterangan
:
· Jika
dalam mengutip ada bagian kalimat yang dihilangkan, bagian itu diganti dengan
tanda
titik tiga (…)
· Isi
catatan kaki diatas adalah : Nama engarang, judul buku, kota tempat terbit,
nama
penerbit,
tahun penerbit, halaman yang dikutip
· Judul
buku ditulis dengan garis bawah atau huruf miring
Ø Penyebutan
sumber dengan catatan langsung (catatan perut)
Tidak semua masalah dapat dipecahakan dengan
kemampuan berfikir dan nurani manusia. Oleh karena itu, manusia memerlukan
sumber kebenaran yang berupa wahyu Tuhan.”… pengetahuan yang disampaikan-Nya
[sic!] itu merupakan kebenaran yang tidak perlu disangsikan
lagi.”(nawawi,1985:4).
……………………………………………………………………….. Uraian lebih lanjut
b)
Kutipan
lansung yang lebih 4 baris, dapat ditulis sebagai berikut :
·
Tidak disatukan dengan teks, tapi
dipisahkan dengan jarak 2,5 spasi
·
Ditulis dengan spasi rapat (satu spasi)
Contoh :
Kebebasan pers bukan berarti bahasa Indonesia dalam
surat kabar dapat dilakukan dengan sebebas-bebasnya tanpa memedulikan
kaidah-kaidah berbahasa. Penggunaan bahasa Indonesia di surat kabar harus tetap
berpedoman kepada kaidah-kaidah berbahasa Indonesia karena banyak kalangan yang
peduli terhadap perkembangan bahasa Indonesia mengharapkan media massa dapat
berperan aktif dalam membantu pembinaan, pengembangan, dan peningkatan bahasa
Indonesia bagi masyarakat.
“Surat kabar
merupakan medium yang paling tepat digunakan dalam pembinaan Bahasa Indonesia.
Sebaliknya juga dapat terjadi, surat kabar merupakan perusak bahasa bila para
wartawan yang menulis berita tidak mengindahkan pemakaian bahasa yang baik.
Kita mengharapkan, media surat kabar yang setiap hari dibaca oleh masyarakat
memberikan peranan yang positif dalam pembinaan bahasa masyarakat, bukan
sebaliknya” (Semi, 1995:113).
3. Kutipan
tidak langsung (Kutipan Isi)
Dalam kutipan tidak langsung kita hanya
mengambil inti sari pendapat yang kita kutip. Kutipan tidak langsung ditulis
menyatu dengan teks yang kita buat dan tidak usah diapit dengan tanda petik.
Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan kaki, dapat juga dengan sistem
catatan langsung (catatan perut).
Contoh :
Tidak semua
masalah dapat di pecahkan dengan kemammpuan berpikir dan nurani manusia. Oleh
karena itu, manusia memerlukan sumber kebenaran yang berupa wahyu Tuhan.
Kebenaran itu harus bersifat mutlak dan sebagai manusia kita harus
menyakininya.
v BIBLIOGRAFI
1.
Pengertian
Bibliografi
Bibliografi atau daftar pustaka adalah daftar yang memuat
judul buku, majalah, brosur, bulletin, surat kabar yang digunakan sebagai
referensi atau sumber acuan dalam penyusunan suatu karangan.[4]
2.
Fungsi
bibliografi
a. Sebagai
alat untuk melihat sumber asli
b.
Sebagai penunujuk referensi atau sumber
yang digunakan
c.
Sebagai pelengkap catatan kaki[5]
3. Unsur-unsur dalam bibliografi
a.
Nama pengarang ditulis dengan cara
membalikkan unsur-unsur namanya.
b.
Tahun terbit ditulis setelah nama
pengarang
c.
Judul buku, termasuk judul tambahannya.
d.
Data publikasi yang meliputi: penerbit,
kota, dan tahun penerbit.
e.
Untuk sebuah artikel diperlukan juga
judul artikel, nama majalah, jilid, nomor, dan tahun terbit.
4. Bentuk-bentuk bibliografi
1)
Buku yang ditulis oleh seorang pengarang
Chaer, Abdul.
1993. Pembakuan Bahasa Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta
Keterangan:
a)
Susunan nama dibalik.
b) Jika
buku itu disusun oleh sebuah komisi atau lembaga, nama komisi atau lembaga itu
dipakai menggantikan nama pengarang.
c) Jika
tidak ada nama pengarang, urutannya harus dimulai dengan judul buku.
d) Tahun
terbit ditulis setelah nama pengarang.
e) Judul
buku harus digaris bawahi atau dimiringkan.
f) Perhatikan
pula penggunaan tanda titik sesudah tempat terbit.
g) Perhatikan
penggunaan tanda titik sesudah tiap keterangan, yaitu sesudah nama pengarang,
tahun terbit, judul buku, dan penerbit.
2) Buku
yang ditulis oleh dua atau tiga orang pengarang:
Arifin,
E. Zainal dan Amran Tasai. 1993. Cermat
berbahasa Indonesia. Jakarta:MSP.
Keterangan:
a) Nama
pengarang keduan dan ketiga tidak dibalikkan.
b) Urutan
nama pengarang harus sesuai dengan apa yang tercantum pada halaman judul buku, tidak boleh diadakan perubahan
urutannya.
c) Dalam
hal-hal lainnya sama seperti nomor 1.
3) Buku
yang ditulis oleh banyak pengarang:
Firdaus, Winci,
dkk. 2009. Bahasa Indonesia. Banda
Aceh: Pusat Bahasa dan
Pengembangan Tenaga Pengajar.
Keterangan:
a) Hanya
nama pengarang pertama yang dicantumkan dengan susunan terbalik.
b) Untuk
menggantikan nama-nama pengarang lainnya, cukup menggunakan singkatan dkk (dan kawan-kawan).
c) Dalam
hal lainnya sama seperti nomor 1.
4) Editor
dan penyunting:
Ali, Lukman
(ed).1967. Bahasa dan Kesusastraan
Indonesia sebagai Tjermin Menulis Indonesia Baru. Jakarta: Gunung Agung.
5) Sebuah
buku terjemahan
Multatuli, Max Havelar. 1972. Lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda,
terj. H. B. Jassin.
Jakarta: Djambatan.
Keterangan:
a) Nama
pengarang asli yang diurutkan dalam urutan alfabets.
b) Keterangan
tentang penerjemah ditempatkan sesudah judul buku dan dipisahkan dengan sebuah
tanda koma.
c) Dalam
hal lainnya sama seperti nomor 1.
6) Artikel
dalam jurnal:
Hidayat, Nur.2002.
“Analisis Perbandingan Laporan Keuangan Fiskal vs Laporan Keuangan Komersial,” Jurnal Perpajakn Indonesia. 1:10, 32-39.
Keterangan:
a) Judul
artikel dalam tanda petik dua.
b) Nama
buku atau jurnal majalah ditulis dengan huruf miring
7) Artikel
dalam majalah atau Koran:
Huda, M. 13
November, 1991. Menyiasati Krisis Listrik Musim Kering. Serambi Indonesia. Hlm. 6.
8) Tajuk
rencana dan artikel tanpa nama:
Tajuk Rencana.
24 September, 2004. “Membangun Perangkat Lunak Demokrasi,” Kompas. Hlm. 9.
9) Wawancara
atau interview dari radio dan televisi:
Sugianto, Bedjo.
15 Agustus, 2007. Interview Televisi,” Mahalnya Uang Pangkal di PTN bagi Calon
Mahasiswa Baru,” Televisi Pendidikan
Indonesia.
10) Skripsi,
tesis, dan disertai yang belum diterbitkan:
Parera, Jos
Daniel. 1964. “ Fonologi Bahasa Gorontalo.” Skripsi Sarjana Fakultas Sastra
Universitas Indonesia, Jakarta.
11) Makalah
yang disajikan dalam seminar, penataran, atau lokakarya:
Manan,
Bagir. 2004. Mewujudkan Peradilan yang Bersih
dan Beribawa Melalui Good Governance. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional
yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan, tanggal 10
Januari.
12) Sumber
dari internet:
Kumaidi. 1988.
“Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Teasnya.”Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online), jilid 5, No. 4, (http;//malangac.id.
diakses 20 Januari 2000).
Daftar
Pustaka
Firdaus, Winci,
dkk. 2009. Bahasa Indonesia. Banda
Aceh: Pusat Bahasa dan
Pengembangan Tenaga Pengajar.
Js
kamdi. 2007 Terampil Berwicara
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo.
Juanda
Asep. Kaka Rosdyanto.2006. Intisari
Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung:
Pustaka Setia.
Paramita
Dwitya. 2006 Bahasa Kuliah. Jakarta.
PT. Macana Jaya.
[1] Winci Firdaus, dkk, Bahasa Indonesia, (Banda Aceh : Pusat
Bahasa dan Pengembangan Tenaga Pengajar,2009),hal.124.
[2] Paramita Dwitya. Bahasa Kuliah. (Jakarta. PT. Macana Jaya.
2006). hlm. 63
[3]
Ibid. hlm. 64
[4] Js
kamdi, Terampil Berwicara Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia.(Jakarta: PT. Grasindo. 2007). Hlm.223
[5]
Juanda Asep. Kaka Rosdyanto, Intisari
Bahasa dan Sastra Indonesia. (Bandung: Pustaka Setia. 2006). Hlm.243
Tidak ada komentar:
Posting Komentar